Ibukota

“Harta Karun” yang Ditemukan Erick Thohir di Sarinah Itu Karya Trubus dkk

Jakarta, hariandialog.co.id – Entah kebetulan atau tidak, langkah Menteri BUMN Erick Thorir merenovasi gedung Sarinah, sekaligus menemukan “harta karun” berupa relief patung yang sudah lebih dari 55 tahun tersembunyi.

Mengapa relief yang adiluhung itu tersembunyi, sangatlah misterius. Sama misteriusnya dengan siapa seniman yang telah menciptakan relief berukuran 3 x 12 meter tersebut.

Beruntung, ada seorang pelukis senior yang mau mengungkap misteri itu. Dialah Hardi, yang pada 1979 memproklamasikan diri sebagai Presiden Pelukis Indonesia, sehingga ditangkap dan dipenjarakan oleh penguasa Orde Baru.

Hardi, panggilan akrab seniman bernama lengkap Kanjeng Pangeran Suhardi Danuwijoyo (69), mengungkap, bila dilihat dari situasi politik pasca-G30S/PKI di mana Presiden Soeharto baru saja naik ke tampuk kekuasaaan, relief yang ada di gedung Sarinah, Jl MH Thamrin, Menteng, Jakarta Pusat, itu mengalami sensor dengan sendirinya atau “self sensorship” oleh pengelola Sarinah saat itu, sehingga relief itu sengaja disembunyikan di ruang “rahasia”.

“Situasi politik saat itu tak memungkinkan relief itu terpasang di dinding yang mudah dilihat pengunjung,” ujar Hardi kepada wartawan, Sabtu (16/1/2021).

Apalagi, kata Hardi, jika dilihat dari siapa pencipta relief itu, tentu niat untuk menyembunyikan relief tersebut bertambah kuat. Lalu, siapa pencipta relief misterius itu?

Menurut Hardi, jika dilihat dari bentuk, tekstur dan jenis bahan yang digunakan dalam relief tersebut, tak salah lagi bahwa relief itu adalah karya dari perupa Trubus, Hariadi S dan Edhi Sunarso atas pesanan Bung Karno.

“Saya bisa pastikan itu karya para almarhum seniman besar itu, karena ‘sidik jari’ mereka tampak pada karakter yang ditampilkan. Itu karya para seniman ‘kiri’ dengan ideologi kerakyatan, sehingga harus disembunyikan,” jelas Hardi sambil menyebut alm Edhi Sunarso adalah dosennya semasa kuliah di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta.

Karya-karya lainnya dari para seniman “kiri” tersebut, kata Hardi, di antaranya patung Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, dan patung Dirgantara di Pancoran, Jakarta Selatan.

“Karena sudah terlanjur terpasang di ruang publik, terlalu mencolok bagi rezim Orde Baru bila patung-patung itu dirobohkan. Akhirnya dibiarkan sampai sekarang,” terang Hardi yang menyebut relief itu harta karun yang tak ternilai harganya.

“Ini (relief di Sarinah) adalah penemuan sejarah seni rupa yang sangat besar. Sebab itu, Erick Thohir patut diapresiasi, terlepas dari apakah penemuan tersebut disengaja atau tidak,” tandas Hardi.

Diberitakan Kompas.com, 15 Januari 2021, Tim Sidang Pemugaran (TSP) dan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) DKI Jakarta menemukan zsejumlah relief patung di gedung Sarinah.

Berdasarkan unggahan video kanal Youtube Candran Attahiyyat, 9 November 2020, tampak sejumlah relief bersejarah yang diduga peninggalan masa pemerintahan Presiden Soekarno.

Relief tersebut ditemukan di ruang mekanikal elektrikal. Tak sembarang orang bisa masuk ruangan tersebut. Meskipun begitu, belum diketahui alasan ruang relief patung iu dijadikan ruang mekanikal elektrikal.

Dalam video berdurasi 10 menit 53 detik itu, tampak sejumlah relief patung yang menggambarkan sosok petani yang mengenakan caping.

Lalu, ada pula pedagang yang sedang memikul barang bawaan berisi ikan, perempuan desa yang membawa bakul hasil panen hingga relief kerbau dengan sisi tanduk yang telah patah.

Hingga kini, belum diketahui sosok seniman yang membuat relief patung itu.

Menteri BUMN Erick Thohir telah meninjau relief patung di gedung Sarinah itu. Dia meminta relief dan karya seni lainnya yang berada di gedung Sarinah segera diperbaiki dan tetap dipelihara.

Gedung Sarinah merupakan pusat perbelanjaan setinggi 74 meter dengan 15 lantai.
Luas bangunannya berkisar 27.000 meter persegi dengan luas per lantai 1.800 meter persegi.

Gedung Sarinah dibangun sebagai etalase produk dalam negeri sekaligus tempat berbelanja kebutuhan masyarakat dengan harga terjangkau.

Gedung tersebut selesai dibangun dan diresmikan pada 15 Agustus 1966. Sarinah dikelola oleh PT Department Store Indonesia yang kini berganti nama menjadi PT Sarinah (Persero).

Menyandang status pusat perbelanjaan pertama di Indonesia, Sarinah sempat berjaya di tahun-tahun awal berdirinya.

Bangunan yang tergolong Cagar Budaya tersebut kemudian dipugar untuk pengembangan usaha dan dalam rangka menjadikannya ikon Kota Jakarta.

Proses pemugaran yang diperkirakan menelan biaya senilai Rp 700 miliar tersebut diproyeksikan selesai pada Agustus 2021.

Nantinya, relief itu akan menjadi ikon baru Sarinah. Sarinah akan memamerkan relief tersebut pada 10 November 2021. (yud)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

kirim pesan
Trimakasih Telah Mengunjungi Website Kami