Tujuan Hari Raya Nyepi Menurut Pandangan Hindu
Jakarta, hariandialog.co.id.- Hari Raya Nyepi merupakan
tahun baru umat Hindu berdasarkan penanggalan (kalender) caka, sejak
78 Masehi. Tidak seperti tahun baru masehi yang dirayakan secara
ramai,rangkaian Hari Raya Nyepi ini dimaknai dengan tetap hening,
sembari melakukan peribadatan.
Adapun tujuan dari Hari Raya Nyepi menurut pandangan Hindu adalah,
permohonan kepada Tuhan untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia)
dan Bhuana Agung (alam semesta).
Rangkaian Hari Raya Nyepi
Sebelum pelaksanaan Hari Raya Nyepi, ada sejumlah ritual yang
dilaksanakan oleh umat Hindu. Begitupun setelah Nyepi masih ada
tahapan lain, di antaranya:
1. Melasti, Tawur, Pengrupukan
Dua hari sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan persembahyangan di laut
maupun danau, sembari menyucikan segala benda sakral dari Pura.
Menurut kepercayaan Hindu, laut dan danau merupakan sumber air suci
(Tirta Amerta) yang mampu menyucikan berbagai hal kotor (dalam diri
manusia serta alam).
Tidak hanya upacara Melasti, dalam rangkaian Hari Raya Nyepi juga ada
Tawur yang dilaksanakan sehari sebelum Nyepi, dengan menyiapkan
sesajen (caru) di rumah masing-masing.
Melasti merupakan salah satu awal rangkaian hari raya Nyepi (ANTARA
FOTO/Syaiful Arif)
Kemudian, rangkaian hari raya Nyepi diikuti pengrupukan atau Mecaru,
yaitu menebar nasi Tawur di sekeliling rumah sambil memukul kentongan
hingga gaduh.
Makna dari pengrupukan ini bermaksud untuk mengusir Buta Kala yang ada
di sekitaran tempat tinggal. Prosesi Mecaru khususnya di Bali turut
dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh berwujud Buta Kala, yang
menggambarkan sifat buruk manusia seperti tamak atau jahat.
Di akhir ritual,ogoh-ogoh tersebut dilenyapkan dengan cara dibakar
sebagai bentuk membersihkan sifat buruk.
2. Nyepi
Setelah Mecaru, keesokan harinya memasuki puncak Hari Raya Nyepi yang
berlangsung selama 24 jam dan tidak ada aktivitas seperti biasa.
Pada Hari Penyepian (Catur Brata),umat Hindu tidak boleh menyalakan
api, tidak boleh berpergian, tidak boleh berkegiatan apapun serta
tidak boleh mencari hiburan.
Saat Hari Raya Nyepi, suasana lingkungan pun akan seperti kota mati,
sunyi, sepi, hingga tidak ada cahaya lampu yang menerangi. Hal ini
juga berlaku untuk wisatawan lokal maupun mancanegara, apabila sedang
berkunjung ke Bali saat Nyepi maka harus ikut serta menghormati aturan
tersebut.
Salah satu rangkaian utama hari raya Nyepi adalah hari penyepian (CNN
Indonesia/Put)
Tujuan dari Penyepian ini sebagai bentuk introspeksi atau menyucikan
diri, dengan melepas semua hal yang berhubungan dengan kehidupan
duniawi dalam sehari penuh.
Saat Nyepi, bagi yang mampu disarankan berpuasa 24 jam, tapa, yoga
maupun semadi untuk merenungi dosa-dosa sekaligus memberi kesiapan
diri menyambut tahun baru.
3. Ngembak Geni
Setelah Penyepian, ada ritual Ngembak Geni, yaitu umat Hindu melakukan
Dharma Shanti atau mengunjungi keluarga dan tetangga untuk saling
memaafkan satu sama lain.
Dharma Shanti ini sama seperti Lebaran, supaya menjadi lebih
bersyukur, memaafkan segala kekeliruan di tahun sebelumnya dan memulai
lembaran baru dengan hati yang bersih.
Rangkaian Hari Raya Nyepi (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)
Berdasarkan pengertian kehinduan, Dharma Shanti adalah filsafat
Tattwamasi yang memandang semua manusia di penjuru bumi sebagai
ciptaan Ida Sanghyang Widhi Wasa.
Secara kodratnya, manusia harus saling menyayangi serta hidup dalam
kerukunan dan kedamaian. Tradisi Ngembak Geni merupakan penutup dari
rangkaian Hari Raya Nyepi umat Hindu yang berlangsung di Bali, pada
setiap tahunnya. (cnni/bing).