Berantas Mafia di Sumut
Jakarta, hariandialog.co.id – Setelah menjabat Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sumatera Utara (Sumut), Inspektur Jenderal Panca Putra Simanjuntak harus segera melakukan gebrakan dan tindakan tegas, terutama di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) yang saat ini sepertinya sudah dikuasai para mafia.
Indonesia Police Watch (IPW) berharap, perhatian Kapolda Sumut bisa lebih serius ke Madina. “Sebab saat ini di wilayah itu ada tiga masalah besar akibat ulah mafia yang berkuasa penuh, yakni kerusakan parah akibat tambang emas liar di Batang Natal, meluasnya hutan ganja di Panyabungan Timur, dan ulah mafia bahan bakar minyak (BBM) yang kerap membuat hilangnya solar dari Madina,” ungkap Ketua Presidium IPW Neta S Pane kepada hariandialog.co.id di Jakarta, kemarin.
Menurut Neta, Kapolda Sumut Irjen Panca Putra perlu bergerak cepat mengatasi dan membasmi para mafia di Madina. “Selama ini ketiga masalah itu terbiarkan dan semakin membuat masyarakat resa. Sementara para mafia semakin semena-mena menghancurkan bumi Madina. Banyaknya tokoh penting Madina di ibu kota Jakarta seakan tak berdaya mengatasi masalah di tanah kelahirannya itu,” sesalnya.
Dalam kasus mafia BBM, misalnya, kata Neta, ada tiga orang yang “berkuasa” yang kerap membuat solar hilang dari pasaran, akibat mereka jual ke tambang- -ambang ilegal. “Selama ini Polres Madina maupun Polda Sumut tak berdaya menghadapi aksi ketiga mafia tersebut,” cetusnya.
Dalam kasus hutan ganja di Penyabungan Timur, Neta memperkirakan luasnya saat ini sudah mencapai 20 hektare yang semula hanya tujuh hektare. ‘Ganja ini tak hanya dijual untuk merusak generasi muda Madina, tapi pasarnya sudah merambah ke Pulau Jawa dan bersaing dengan ganja Aceh,” tukasnya.
Pada 17 Desember 2020, misalnya, urai Neta, pihak kepolisian menemukan 173 kilogram (kg) ganja dari Madina yang diselundupkan di antara buah jedondong di Depok. Lalu 3 Maret 2021, Satuan Reserse Narkoba Polres Metro Jakarta Barat menangkap 115 kg ganja yang diselundupkan di dalam drum yang juga ditemukan di Depok, Jawa Barat. “Setelah bandar F ditangkap, polisi kembali menemukan ladang ganja milik tersangka di Madina,” jelasnya.
Sementara itu, lanjut Neta, kelahiran bayi cacat bermunculan di sepanjang aliran Sungai Batang Natal di Madina. “Aksi mafia tambang ilegal terus-menerus terbiarkan. Setiap hari 220 beko dibiarkan menghancurkan dan mengeruk Sungai Batang Natal untuk mencari emas. Para penambang menggunakan Mercuri dalam aksinya. Akibatnya, bermacam-macam penyakit bermunculan, mulai dari bayi dengan kondisi usus di luar (gastroschisis), bayi bermata satu atau cyclopia, hingga anencephaly atau kelainan pada tengkorak kepala,” paparnya.
Selain menimbulkan penyakit bagi warga, masih kata Neta, kegiatan penambangan liar ini juga membuat lingkungan rusak parah. “Penambangan emas ilegal di Sungai Batang Natal ini baru menjamur sejak dua tahun terakhir,” tegasnya.
Untuk itu, Neta berharap Kapolda Sumut Irjen Panca Putra perlu segera membuat tim khusus untuk “perang melawan mafia Madina”, yang berbisnis hutan ganja, bisnis menghilangkan solar, dan bisnis tambang emas ilegal. “Jika tidak mampu mengatasinya, sebaiknya Kapolda Sumut meminta bantuan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo gar ikut menurunkan Tim Mabes Polri untuk membabat habis ulah para mafia ini. Yang penting hutan ganja, mafia BBM, dan tambang emas ilegal di Madina tidak dibiarkan seperti selama ini,” tandasnya. (yud)