Ikhlas, Kunci Tidak Korupsi
Jakarta, hariandialog.co.id – Ikhlas. Itulah kunci bagi bangsa ini, terutama para elite politik dan pejabatnya, agar negara ini tidak hiruk-pikuk dalam kegaduhan, termasuk soal korupsi.
Demikian disampaikan Ustaz Muhammad Kurtubi Zainuddin dalam ceramahnya pada acara peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW 1442 H di Musala Al Istiqomah, Kebayoran Lama Utara, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Ahad (14/3/2021) malam.
Adalah Ketua Panitia Karyudi Sutajah Putra yang mula-mula “menyentil” soal masih maraknya kasus korupsi di Indonesia. Padahal, penduduk Indonesia mayoritas adalah Muslim. Setiap Muslim diperintahkan salat wajib lima waktu sebagaimana “oleh-oleh” yang dibawa Nabi Muhammad SAW usai berjumpa dengan Allah SWT di Sidratul Munthaha dalam Isra Miraj.
Isra Miraj itu sendiri adalah peristiwa perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, dan dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Munthaha di langit ke tujuh tempat Allah SWT bertakhta. Peristiwa ini diyakini mayoritas Muslim terjadi pada 27 Rajab tahun ke-10 kenabian Muhammad SAW.
“Berarti salat kita belum tegak. Salat kita belum menjiwai seluruh perilaku kita. Buktinya, masih banyak terjadi kasus korupsi oleh para pejabat yang mayoritas adalah Muslim,” kata Yudi, panggilan akrab Karyudi Sutajah Putra, dalam laporannya selaku ketua panitia.
Menurut Ustaz Kurtubi, pangkal mula kasus korupsi yang memicu bangsa ini terlibat dalam kegaduhan serta masih tingginya kesenjangan sosial adalah ketidakikhlasan anak-anak bangsa ini, terutama para pejabat dan elite politik, dalam bekerja. “Kalau kita semua ikhlas, bekerja sesuai SOP (standard operating procedure, red) dan tupoksi (tugas pokok dan fungsi) masing-masing, niscaya tidak akan terjadi korupsi, misalnya. Bangsa ini juga akan cepat maju, dan tidak akan ada kesenjangan sosial lagi,” jelas Kurtubi.
Sikap ikhlas, kata Kurtubi, bisa dibangun melalui salat fardhu lima waktu. “Kita kalau salat ‘kan ikhlas. Tidak ada yang menyuruh. Tidak ada yang kasih iming-iming hadiah. Kita juga tidak berharap apa pun selain ridha Allah. Itulah sikap ikhlas,” terangnya.
Ia kemudian mengajak para elite politik, pejabat, dan aparatur negara di republik ini untuk senantiasa bersikap ikhlas dalam bekerja, sesuai SOP dan tupoksi masing-masing, dan hanya berharap keridhaan Allah SWT semata.
Salat, jelas Kurtubi, juga bisa menjadi sarana bagi kaum Muslim untuk ber-miraj sebagaimana Nabi Muhammad SAW bertemu langsung dengan Allah SWT di Sidratul Munthaha.
“Miraj itu bisa kita lakukan dengan salat. Dalam salat, kita seolah-olah bertemu dan berdialog langsung dengan Allah SWT,” tandas Kurtubi.
Sementara itu, dalam laporannya, Ketua Panitia Isra Miraj Musala Al Istiqomah 1442 H Karyudi Sutajah Putra menyampaikan ucapan terima kasih atas partisipasi semua pihak sehingga acara ini berlangsung sukses. Terutama terkait donasi yang mencapai Rp 13.120.000. “Alhamdulillah, ini berkat partisipasi para jamaah dan masyarakat sekitar musala. Untuk itu kami ucapkan terima kasih. Sisa anggaran dari acara ini nanti seluruhnya akan kita masukkan kas musala,” ujarnya.
Yudi juga menyampaikan ucapan terima kasih secara khusus kepada mereka yang menjadi ujung tombak kesuksesan acara ini, mulai dari tim penggalangan dana hingga petugas acara.
Antara lain Ketua RT 04 RW 09 Kebayoran Lama Utara Biso Rahardjo beserta Sekretaris RT 04 H Yusman Supriyatna alias Haji Uuk, Bendahara RT 04 Suprayitno, Ketua RT 05 Ahmad Mudjio, Ketua RT 06 Siswanto, dan Ketua RT 07 Suwandi.
Yudi juga mengucapkan terima kasih atas kontribusi dan pengarahan soal penerapan Protokol Kesehatan Covid-19 dalam acara ini, yakni kepada Ketua RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Ir H Anas Karim Rivai yang tidak bisa hadir dan diwakilkan Sekretaris RW 09 Suharto.
Pun kepada Dwiatmoko selaku seksi keamanan, Hasbi Mahpud selaku seksi acara, serta Mustopa dan Purwanto selaku seksi konsumsi.
Acara juga dihadiri KH Muhammad Nur Ali selaku penanggung jawab acara, Ustaz H Hamzah, dan Bendahara Musala Al Istiqomah Ustaz Muhammad Yasin, serta pengurus RT dari RT 01 hingga RT 16.
Selama acara berlangsung, Prokes Covid-19 diterapkan secara ketat, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Bahkan sebelum memasuki musala tempat acara, setiap jamaah juga diperiksa temperatur tubuhnya. Jika ada yang di atas 36 derajat Celcius maka dipersilakan untuk pulang. (tim)