Berita Daerah

De Gajah ; Prioritaskan Penanganan Sampah Manfaatkan Lahan Kehutanan 32 Hektar.

Denpasar- hariandialog.co.id-
Isu pengelolaan sampah semakin menjadi topik utama dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Bali, terutama di wilayah Denpasar dan Badung.

Seperti dikemukakan Nyoman Mardika, seorang pengamat sosial dan politik, permasalahan sampah ini akan menjadi isu “seksi” yang menarik perhatian masyarakat Bali.

Janji-janji calon kepala daerah terkait solusi penanganan sampah kini semakin gencar dipromosikan untuk menarik dukungan masyarakat.

Namun, di tengah berbagai janji yang beredar, ide yang disampaikan Made Muliawan Arya, atau yang akrab disapa De Gadjah, dianggap sebagai usulan yang realistis danefektif.

De Gadjah, salah satu calon gubernur, menawarkan solusi penanganan sampah yang bisa dikatakan berbeda dengan kebanyakan calon lainnya.

Menurutnya, permasalahan sampah di Bali bisa diselesaikan lebih efektif dengan bantuan anggaran dari pemerintah pusat.

Ide ini dianggap realistis karena dengan mengandalkan anggaran daerah (APBD) Bali saja, penanganan sampah yang komprehensif sulit untuk dicapai.

De Gadjah secara terbuka menyatakan bahwa upaya penanganan sampah di Bali tidak cukup hanya mengandalkan APBD, yang terbatas untuk kebutuhan dan program-program pemerintah daerah.

Oleh karena itu, jika ia terpilih sebagai Gubernur, De Gadjah berencana menjalin hubungan erat dengan pemerintah pusat di bawah pimpinan presiden terpilih, Prabowo.

Dengan satu komando sejalan antara pemerintah pusat dan daerah, De Gadjah optimis bahwa Bali dapat memperoleh bantuan anggaran dari pemerintah pusat guna menangani masalah sampah.

Langkah ini meniru strategi Singapura dalam pengelolaan sampah, di mana mereka menggunakan teknologi insinerator modern untuk mengolah sampah.

Insinerator bukan hanya dapat mengolah sampah dengan lebih cepat dan efisien, tetapi juga bisa mengurangi jumlah sampah secara signifikan sebelum dibuang ke lingkungan.

Menurut De Gadjah, jika Bali dapat menerapkan teknologi yang serupa, maka Bali akan menjadi salah satu daerah yang bersih dan sehat, bahkan setara dengan negara-negara maju seperti Singapura.

Selain itu, De Gadjah mengusulkan untuk memanfaatkan lahan milik kehutanan seluas 32 hektare milik oleh pemerintah pusat sebagai lokasi utama pengolahan sampah.

Dengan demikian, lahan tersebut dapat digunakan maksimal untuk membantu menyelesaikan masalah lingkungan di Bali tanpa harus mengorbankan lahan daerah yang digunakan untuk kebutuhan pariwisata atau perumahan.

Tidak hanya berfokus pada pengelolaan sampah, De Gadjah juga memiliki visi untuk memanfaatkan lahan pengolahan sampah tersebut dengan cara lebih produktif dan bermanfaat bagi masyarakat Bali.

“Konsepnya, di sekitar area pengolahan sampah akan dibangun taman kota yang berfungsi sebagai ruang hijau untuk kegiatan masyarakat. Ini mengingat Bali tidak hanya menjadi tujuan wisata, tetapi juga merupakan tempat tinggal bagi jutaan warga lokal. Taman kota ini bisa menjadi ruang untuk rekreasi dan aktivitas sosial bagi masyarakat Bali, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup mereka,” paparnya.

Selain taman kota, De Gadjah juga mengusulkan pembangunan stadion bertaraf internasional di area tersebut.

Stadion ini nantinya bisa digunakan untuk menggelar berbagai acara olahraga, konser musik, dan kegiatan budaya internasional.

Dengan kapasitas yang besar dan fasilitas modern, stadion ini bisa menjadi pusat hiburan dan daya tarik baru bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

De Gadjah optimis bahwa stadion ini bisa menjadi tempat untuk konser-konser besar, seperti konser Taylor Swift atau Coldplay, yang telah terbukti menarik jutaan penonton di seluruh dunia.

Melalui pembangunan stadion dan taman kota ini, Bali tidak hanya akan memiliki fasilitas pengolahan sampah modern, tetapi juga akan memperoleh manfaat ekonomi yang lebih luas.

Keberadaan stadion internasional dan taman kota yang asri akan menarik lebih banyak wisatawan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui sektor pariwisata dan berbagai kegiatan hiburan. Dengan demikian, Bali bisa menjadi lebih bersih, menarik, dan produktif.

Jika program pengelolaan sampah ini terlaksana, dampak positifnya bagi Bali tidak hanya dalam hal lingkungan tetapi juga ekonomi.

Pembangunan fasilitas insinerator dan infrastruktur pendukung lainnya akan menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat lokal.

Adanya taman dan stadion, sektor ekonomi Bali akan bergerak lebih dinamis karena terdapat fasilitas yang mampu menarik wisatawan dan menyelenggarakan berbagai acara besar. ***(Nn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

kirim pesan
Trimakasih Telah Mengunjungi Website Kami