Jakarta, hariandialog.co.id.- Presiden RI Prabowo Subianto
harus tangkap dan penjarakan semua pelaku perusak hutan. Jangan tebang
pilih dan harus semuanya karena kerugian tidak terhitung mulai dari
nyawa, harta dan negara harus dibebani untuk membantu pemulihan.
Permintaan dan harapan Masyarakat itu disampaikan dari
beberapa orang warga Pandan, Sitahuis, Desa Aek Garoga, Batang Toru,
Sibolga, Pakkat – Humbahas, kepada redaksi melalui telepon selular
(handphone).
Semua bencana yang terjadi di Sumatera akibat ulah manusia
serakah. “Para pengusaha itu hanya mencari keuntungan sebesar-besarnya
tanpa mempedulikan dikemudian hari seperti sekarang ini. Dan mereka
juga bisa melakukan pengrusakan hutan baik penebangan kayu kayu maupun
penambangan yang direstui oleh pemerintah melalui izin dan izin,’
cerita para warga itu menyampaikan keluh dan harapan kepada kepala
negara Presiden Prabowo Subianto.
“Kami warga Masyarakat korban bukan bencana alam tapi
korban ulah manusia baik pengusahanya maupun aparat pemerintah
terkait. Meminta dan sangat mengharapkan agar para pelaku maupun
penerima suap untuk memuluskan izin dan perizinan ditangkap dan
diadili hingga dipenjarakan. Jadi sangat gampang kalau mau
pemerintahan Presiden Prabowo menindaknya,” ungkap pria mengaku
bermarga Sitorus dan juga Pane.
Sementara Hasibuan dari Tapsel, meminta agar para pelaku
pengrusakan hutan dihukum seberat-beratnya. “Kan gampang kok kalau mau
mengungkapkan siapa pelaku perusak hutan. Periksa itu Kepala Desa,
Camat, Bupati, pasti mereka menunjukan para pelakunya. Bohong kalau
Kepala Desa, Camat dan Bupati tidak mengetahui siapa pengusahanya baik
pelaku perusak hutan melalui perambahan maupun penggali lubang untuk
tambang,” kata Nasution menimpali pernyataaan Hasibuan.
Warga Masyarakat itu memperlihatkan video gambar batang
kayu gelondongan besar dan kecil yang mungkin tidak bagus jadi
ditinggal saja oleh perusaknya. Begitu juga air tanah merah itu bekas
dari galian dan kalau ada satu dua batang kayu yang utuh dengan akar
dan ranting itu pasti bagian dari sisi galian tambang. “Jadi jelaskan
itu akibat ulah manusia, tapi disebut-sebut dan disalahkan alam. Maaf
kit aini orang kampung dan minim Pendidikan melihat kayu gelondongan
bersama ukuran-ukuran kecil dibawa air bukan lumpur hitamtapi tanah
bekas galian,” paparnya.
Akibat ulah manusia perusak hutan itu, bukan hanya nyawa
untuk mati dan sakit serta harta benda juga tanaman, hewan peliharaan
dan sekarang dihantui kelaparan. Anak-anak yang sedang duduk dibangku
sekolah harus terhenti sejenak dan mungkin menunggu pulih semuanya,
karena sarana dan prasarana sekolah habis ditelah air lumpur warna
kuning kekuningan.
Bahan Makanan Tidak Ada
Warga Masyarakat terdampak banjir bandang dan tanah
longsor, tidak punya bahan makanan lagi. Stock beras dan padi yang
tersedia di rumah habis dibawa banjir bandang. “Jadi makan kami tidak
ada. Buah-buahan atau sayuran juga umbi-umbian tidak ada satupun
karena tergerus banjir bandang. Begitu juga air bersih tidak ada lagi.
Sumur sudah ditutupi lumpur dan pakaian sudah seminggu yah sejak
kejadian banjir bandang tidak ganti. Semua pakaian juga habis dan
kalau ada sisa tersangkut mau dicuci pakai apa,” ungkap Hotma
Paling memilukan anak anak menyebutkan kata-kata “Mak
Lapar. Mak Haus”. Jadi teriris batin ini dan paling meneteskan air
mata sambil berkata berdoa yah biar ada bantuan datang untuk kita.
Paling bisa memeluk mereka tanpa bisa tidur baik karena alas tidur
tidak ada dan cukup mengerikan hidup ini,” cerita Barita seorang ibu
rumah tangga mengaku puri satu dan putranya dua orang.
Meninggal Menyedihkan Penguburannya
Kesedihan datang dari Kabupaten Langkat, atas korban yang
meninggal tidak bisa di makamkan karena kondisi semua tanah atau
pemakaman banjir. “Sedihlah, ada saudara meninggal dan memang bukan
karena korban banjir tapi sudah sakit-sakit sebelumnya dan meninggal
saat banjir. Cari kain kapan pun susah karena akses untuk belanja
tidak bisa dan pasar tempat berjualan juga tidak ada yang buka. Jadi
sangat sedih dan prihatin,” ungkap soleh.
Sementara itu, dari Pakkat, Humbahas, Sumut, menceritakan
seorang dari keluarganya meninggal dan korban banjir bandang, cukup
mengerikan karena tidak bisa pakai peti mati. “Kan kalau kami orang
kristen si mayat harus diberi pakaian terbaiknya semasa hidup dibawa
ke dalam peti mati, tapi banjir bandang datang, tidak ada penjual peti
zenajah dan pakain yang dibawa ke liang kubur yang ada di badannya.
Untuk mengebumikannya asal ada doa saja tidak ada lagi adat untuk yang
meninggal maupun keluarga yang ditinggal,” kata Malau,
Jadi kalau para pelaku perusak hutan baik mereka perambah
maupun penambang harus dihukum seberat-beratnya. “Derita kami dan
kesusahan tidak bisa dibayar senilai apapun besarnya. Keluarga
meninggal, keluarga hilang, harta benda, rumah berikut isinya habis
hilang juga hewan peliharaan. Jadi kami mohon kepada Presiden RI
Prabowo Subianto agar tegakkan hukum seadil-adilnya. Dengan menghukum
para pelaku perusak hutan sudah bagian dari keberpihak pemerintah
kepada warganya. (tim)
