Tangerang, hariandialog.co.id.- Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(WALHI) menyoroti pagar laut yang di Desa Kohod, Kecamatan Pakuhaji,
Kabupaten Tangerang, yang masih berdiri kokoh hingga saat ini.
Manajer Pengakuan Wilayah Kelola Rakyat WALHI, Ferry Widodo
menilai, pemerintah tidak serius dalam melakukan penanganan pagar
laut.
Meskipun Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan TNI
AL telah mengklaim bahwa pagar laut sepanjang 30,16 KM di wilayah
tersebut telah dibersihkan. “Pagar bambu masih berdiri kokoh,
mengancam ekosistem laut dan menghambat mata pencaharian nelayan
setempat. Kondisi ini mengindikasikan lemahnya akuntabilitas dan
transparansi pemerintah dalam menangani isu lingkungan dan sosial,”
kata dia kepada wartawan, Senin, 17 Maret 2025.
Ferry menegaskan, WALHI mendesak pemerintah segera
mengambil tindakan untuk membersihkan sisa pagar laut, memulihkan
kerusakan ekosistem, dan memastikan nelayan dapat kembali melaut tanpa
hambatan.
Selain itu kata Ferry, juga pemerintah perlu membuka ruang
partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan untuk
mencegah konflik dan ketidakadilan di masa depan. “WALHI menegaskan
bahwa kasus ini bukan sekadar persoalan pembongkaran pagar laut,
melainkan juga tentang keadilan lingkungan dan sosial bagi masyarakat
pesisir,” kata Ferry.
“Nelayan Desa Kohod, yang menggantungkan hidupnya pada
laut, merasa dikhianati oleh klaim pemerintah yang tidak sesuai dengan
realitas di lapangan,” tambahnya.
Sementara itu, sejumlah nelayan mengaku kaget lantaran
pagar laut di Desa Kohod, Pakuhaji, Kabupaten Tangerang yang
sebelumnya disebut telah dibongkar, kini masih berdiri kokoh.
Berdasarkan citra satelit yang didapat dari bibir pantai
terdapat pagar bambu yang masih berdiri sepanjang 812,99 meter. “Kita
pikir mau semua kan. Biar sekalian selesai. Enggak taunya enggak
semua,” ucap Nelayan Alat Jiban, Kohod, Marto saat diwawancarai,
Jumat, 14 Maret 2025.
Pagar laut yang belum terbongkar itu berbentuk kavling, hingga
membuat nelayan yang bergerak dari Timur tetap harus meliuk-liuk
menghindari cerucuk pagar laut.
Marto mengatakan, perahu miliknya sempat dipakai oleh pihak
direktorat jenderal pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan
(PSDKP). Ia bahkan sempat dimintai keterangan testimoni,tribuntng
(salim-01)